Selasa, 31 Oktober 2017

SI LELAKI MALANG



Aku  bisa dikatakan lelaki yang beruntung di dunia ini dengan harta disisiku. Tapi mungkin juga lelaki yang malang yang menerima peralakuan yang tak adil menurutku tapi mungkin adil bagi orang lain. Mungkin salah ku tidak termaafkan bagi semua orang. Aku menulis coretan  di atas kertas ini menunjukann bagaimana perasaan ku selama ini. Apakah aku ini lelaki yg beruntung atau tidak beruntung. Terserah orang berkata apa. Yang penting inilah hidupku.
Aku bekerja di pemerintahan. Tentu saja itu pekerjaan yang menakjubkan bukan.? Aku bekerja dari pagi sampai sore dan terkadang lembur. Ini kulakuakn untuk memenuhi kebutuhan rumah tanggaku. Demi untuk memberikan sesuap nasi untuk anakkku dan juga untuk mencukupi kebutuhan istriku tercinta supaya kami bisa hidup berkecukupan tentunya.
Hari pertama aku bekerja di pemerintahan aku sangat senang. Lama kelamaan sangat melelahkan.karna itu ke itu saja yang ku hadapi. Tentu manusia itu mempunyai satu titik yang dinamakan dengan titik kejenuh dalam pekerjaannya. Nah itu yang aku alami sekarang ini.  Walaupun aku seorang aparat pemerintah toh aku kan juga manusia yang butuh refresing.
Hari berganti hari ,mingu ke minggu sedah berganti bulan tak terasa tubuhku juga dimakan usia . Janggut ku mulai bertumbuhan diiringi oleh rambut didepan kepalaku yang memutih dan  berguguran karena berfikir seperti professor yang berfikiran berat untuk eksperimennya. Untung saja aku di anugerahi tuhan harta yah lumayan lah dari pada  manusai lain yang hidupnya di bawah ku.. ,sunguh sangat  lucu kalau ku ceritakan disini.
Karena aku lelah dengan aktivitas ku ini . Aku merencanakan besok ingin pergi ke luar negri bersama istri dan kedua anakku. Sudah lama kami tidak bersenang-senang . dan aku juga jarang meluangkan waktu untuk keluargaku tercinta apalagi si buah hati yang paling kecil.

***

Siang itu saat aku pulang kantor  aku di sambut oleh istri yang selalu setia menemaniku. Senyumnya mengobati rasa capekku. Melihat tawa anak-anak yang masih kecil itupun mengobat keletihan ku bekerja selama ini.  Istriku berkata “mas sudah pulang, sudah saya siapkan air panas mas. Segeralah mandi” sungguh senang ahtiku. Kalau kau punya istri seperti itu tentu jug senang bukan?. Kemudian aku pun menjawab istriku “terimakasih ya mama”. Setelah itu Istriku membuka dasiku dan secepat kilat aku segera untuk membersihkan badanku yang mungkin seperti lumpur lapindo membahasahi ketiakku dan bau asam tubuhku bisa  tercium oleh presiden di istanya.
Tak selang beberapa menit setelah mandi dan tentunya aku sudah memakai baju untuk bersantai. Tiba2 terdengar ketuk pintu dari bawah rumahku. Kemudian pintu itu di bukakan oleh pembantuku yang sudah tua renta itu. Aku tidak tahu ternyata itu merupakan hari terakhir aku bersama istriku dan anak-anakku.  
Istri ku memanggil dengan tergesa-gesa seperti yang datang adalah penjahat kelas kakap. “ mas ada polisi di bawah mas. Katanya ini penting”. Aku segera ke tempat kejadian perkara.  Ya Allah ya gusti ternyata mereka mau membawa ku ke penjara karena kasus mafia pajak. Mendengar hal itu  pecahlah isak tangis keluarga ku dan anak-anakku. Tidak terbayangkan olehku liburan yang rencananya ku rncanakan menjadi batal karena kasus ini. Apa tanggapan anak-anakku jika mereka tahu kalau bapaknya ini adalah seorang penjahat masyarakat. Istriku menangis tersedu-sedu meliahat ku dibawa oleh polisi. Seperti adengan film yang cintanya tak mau melepaskan aku . aku sempat berpesan kepada istriku “ ma yang sabar ya ..jaga anak kita ya ma. Nanti aku tak kan lama kok”. Mendengar hal itu tangis istriku mulai mereda. Tapi anak-anakku masih menangis. Aku pergi dengan menyaksian keluargaku menangis melihat ku pergi. Duh gusti rasanya jantung ini pecah. Baiarlah jantung ini pecah asalkan air mata itu tak keluar oleh keluargaku.
Kasus ini semakin berlanjut aku dijadikan tersangka dalam kasus ini. Namun, aku di perkuat oleh istriku yang selalu mensuportku dan selalu berda di sampingku. Karnanya aku jadi tergar dalam mengahadapi kasus ini. Walaupun aku sungguh tak sanggup di penjara ini. Aku tidak bisa melakukan apa yang aku inginkan. Akhirnya terbisit di benakku mengapa aparat ini tidak ku beri uang saja agar aku bisa keluar di penjara ini untuk sementara waktu. Biar otakkku bisa refresing.
Akhirnya akal ku ini bisa diterima oleh aparat kepolisian. Tentu saja tidak sembarangan orang yang bisa menerima ideku ini. Aku mencari siapa yang mau bersekutu dengan aku. Ahai betapa indah nya di luar sana kalau aku sudah terbebas. Tapi untung saja aku berhadapan dengan polisi yang mau tahu dengan nasib ku ini.
Setelah aku di bebaskan aku pergi liburan dengan istriku tercinta. Ke mana yang aku ingin. Percuna saja kan uang banyak kalau tidak untuk di pergunakan untuk senang-senang. Aku pergi ke Bali ke luar negri tentunya dengan memakai paspor palsu. Apapun bisa di beli dengan uang. Apalagi hokum di Negara ku tidak terlalu ketat untuk orang yang berjasa seperti aku. Toh akan aku juga yang mengabadi kepada mereka selama ini. Toh ini juga untuk meraka masyarkat di Negara ku.
Ternyata aksi yang aku lakukan tercium oleh aparat kepolisian. Dan demi disana sini mulai berdatangan. Aksi2 mulai mengaitkan nama ku. Mulai dari karikatur di internet sampai ke video dan lagu yang mereka bikin untukku. Sepertinya aku menjadi terkenal karena aksiku ini. Sungguh maslah ini membuat ku kacau. Semua pihak mulai membenciku.
Aku marah, aku sedih. Marah karena sepertinya aku adlah penjahat kelas dunia sehingga mereka meminta aku untuk hukuman mati. Dimana etak hati mereka. Seandainya kerbat mereka yang berhubgan dengan meraka apakah bangsa ini tidak punya akal?. Penduduk Negara ini memang rame. Tapi mereka tidak mengunakan akal mereka . mereka hanya menggunakan akal merekan untuk gaya. Padahal Negara ini adalah Negara yang rentan terhadap budaya lain. Negra tempat psersingahan Negara lain.
Aku juga merasa sedih karena bagaimana nasib keluarga ku nanti. Aku di penjara bagaimana istri ku untuk menghidupi anak-anakku.
Kasus ini terus berlajut, demo disana sini terus berdatangan unutuk ku. Dan akhirnya aku vonis itu di jatuhkan aku di penjara 10 tahun. Waktu aku keluar dari ruang siding aku di geroboti oleh masa. Terdengar olehku kata-kata mereka. Mengapa aku tidak dihukum seumur hidup? Mengapa tidak dihukum mati biar pantas. Dalam hatiku apakah mereka pantas berbicara seperti itu? Mengunakan otak nya atau tidak?
Memang aku salah. Aku sadar sekarang. Aku ingin mengubah hidupku ini mulai dari titik 0. Bagaimana bisa aku bertobat jika aku dipenjara seumur hidup. Keluarga ku bagaimana. Seandainya mereka ada diposisiku apa yang akan mereka rasakan. Gusti tolong aku gusti. Aku menyesal telah membuat ini.
Aku berfikir mengapa mereka tidak memafkan ku toh tuhan saja memberikan kesempatan umatnya untuk bertobat mengapa mereka tidak? Toh mereka bukan tuhan.
Jeruji besi ini yang setia menemaniku.  Awal-awal pertamanya istriku memang setia menjenggukku. Dan tentunya dengan anak-anakku . disana aku mulai bangkit. Tapi tidak berselang 1 tahun istriku mengugat cerai untukku. Hatiku bertambah porak-poranda. Gusti cobaan apa lagi ini gusti? Tidak cukup kah engaku berikan aku cobaan gusti?..
Usai sudah semua yang kulakukan sekarang. Aku tak punya arti hidup. Keluarga ku yang selalu memberiku semangat. Walaupun mereka haya menjenggukku 1 kali dalam seminggu.  Itu sudah membuat hatiku senang. Siapa lagi yang akan memberikan perhatian kalau bukan mereka. Keluarga yang dulu waktu senang aku tinggal. Tapi ketika aku jatuh mereka yang selalu ada untukku. Terlebih ibuku tercinta. Walaupun dia sudah renta masih menyempatkan waktu untukku. Memang tidak salah kata pepatah kasih ibu itu takkan terganti walaupun  gunung es di kutub meleleh.
Beberapa bulan kemudian aku mendengar bahwa ankku sudah punya ayah baru. Ya baguslah… supaya ayah baru mereka bisa lebih baik dari diriku ini. Aku hanya bisa curhat kepada besi-besi di penjara ini. Air mata ini sudah tak terbendung lagi. Air mata ini terus meluncur dari mataku ku. Walaupun aku tak mau air mata ini jatuh tapi tak bisa aku membedunganya.. tuhan biar lah turun hujan dari pada turun  air mata ini. Aku sudah tak kuat lagi. Cobaan menerba diriku.

Sudut kota tak terbayang lagi bagiku. Udara kebebasan itu tak ada lagi di benakku. Yang ku inginkan hanya kematian ku saja. Tak ada lagi harapan. Toh kalau aku bebas siapa yang akan menampungkku. Semua sudah pupus sudah.
Tak sengaja aku melihat sendok makan di ruang makan. Dengan menyelinap aku ambil sendok itu. Aku mulai mengasahanya. Entahlah untuk apa aku pergunakan sendok ini. Sendok ini terus ku asah kelantai sampai-sampai tanganku sering kali berdarah. Takku hiraukan hal seperti itu.
Akhirnya sendok itu tajam juga aku ingin kabur dari penjara ini. Tapi niat itu tak bisa kulakuakn karena  ketatnya penjaggaan. Ditambah dengan aku yang mulai bertambah tua. Aku berfikir untuk siapa aku hidup? Siapa yang akan menyanyangi aku lagi? Siapa?
Dengan secepat kilat sendok yang runcing tadi tertncap di tangangu dan banyak mengeluarkan darah. Aku pusing sehingga bayang-bayang petugas yang terakhir aku lihat.
Tiba-tiba aku keluar dari penjara itu dan aku meliahat keagungan tuhan yang sungguh maha dasyatnya. Apakah aku mungkin di surga? Ada aliran air bidadari yang cantik. Tuhan apakah aku ini di surga?. Seakan-akan tuhan memberikan gambaran kepadaku kalau aku sedang berada di surganya.
Secercah cahahya terang mnyakiktkan mata ku.. ku buka mataku perlahan-lahan aku sedang berada dirumah sakit. Oh ya aku baru ingat ternyata mereka membawaku ke rumah sakit. Tuhan itukah jawaban yang selama ini ku cari. Tuhan masih memberikan kesempatan kepadaku. Sekarang aku sadar tuhan itu ingin memberikan yang terbaik bagi hambanya. Berarti aku masih di beri kesempatan oleh tuhan dan aku termasuk orang yang beruntung karna masih bisa bertobat kepada tuhann.
Setelah sembuh aku dari rumah sakit rencananya aku mau dimasukan ke rumah sakit jiwa oleh kepolisian karena melihat tingkah ku yang seperti orang gila akhir-akhir ini. Tapi aku bisa menyakinkan petugas itu kalau sebenaarnya aku tidak gila.
Aku sadar tuhan ada untukku. Bahkan lebih dekat dari urat nadi yang berada di leherku. Dan aku berniat aku akan merobah tingkah lakuku. Dan aku ingin memulai kehidupan baru. Tuhan terima kasih atas kasih sayang mu tuhan. Engkau uji aku dengan kekayaan tapi sekarang aku sadar mengapa engkau berikan cobaan kepadaku hanya untuk mengigatmu tuhan.
Sekarang aku bisa curhat dengan kekasih sejatiku. Tuhan ku yang maha pengasih lagi maha penyayang. Tidak kepada jeruji besi lagi. Dan aku berniat akan memulai usahaku kembali kalau sudah keluar dari jeruji ini. Semoga tuhan mendengar. Amin!