Aku
bisa dikatakan lelaki yang beruntung di dunia ini dengan harta disisiku.
Tapi mungkin juga lelaki yang malang yang menerima peralakuan yang tak adil
menurutku tapi mungkin adil bagi orang lain. Mungkin salah ku tidak termaafkan
bagi semua orang. Aku menulis coretan di
atas kertas ini menunjukann bagaimana perasaan ku selama ini. Apakah aku ini
lelaki yg beruntung atau tidak beruntung. Terserah orang berkata apa. Yang
penting inilah hidupku.
Aku bekerja di pemerintahan. Tentu saja itu
pekerjaan yang menakjubkan bukan.? Aku bekerja dari pagi sampai sore dan
terkadang lembur. Ini kulakuakn untuk memenuhi kebutuhan rumah tanggaku. Demi
untuk memberikan sesuap nasi untuk anakkku dan juga untuk mencukupi kebutuhan
istriku tercinta supaya kami bisa hidup berkecukupan tentunya.
Hari pertama aku bekerja di pemerintahan
aku sangat senang. Lama kelamaan sangat melelahkan.karna itu ke itu saja yang
ku hadapi. Tentu manusia itu mempunyai satu titik yang dinamakan dengan titik kejenuh
dalam pekerjaannya. Nah itu yang aku alami sekarang ini. Walaupun aku seorang aparat pemerintah toh aku kan juga manusia yang butuh refresing.
Hari berganti hari ,mingu ke minggu
sedah berganti bulan tak terasa tubuhku juga dimakan usia . Janggut ku mulai
bertumbuhan diiringi oleh rambut didepan kepalaku yang memutih dan berguguran karena berfikir seperti professor
yang berfikiran berat untuk eksperimennya. Untung saja aku di anugerahi tuhan
harta yah lumayan lah dari pada manusai
lain yang hidupnya di bawah ku.. ,sunguh sangat lucu kalau ku ceritakan disini.
Karena aku lelah dengan aktivitas ku ini
. Aku merencanakan besok ingin pergi ke luar negri bersama istri dan kedua
anakku. Sudah lama kami tidak bersenang-senang . dan aku juga jarang meluangkan
waktu untuk keluargaku tercinta apalagi si buah hati yang paling kecil.
***
Siang itu saat aku pulang kantor aku di sambut oleh istri yang selalu setia menemaniku.
Senyumnya mengobati rasa capekku. Melihat tawa anak-anak yang masih kecil itupun
mengobat keletihan ku bekerja selama ini.
Istriku berkata “mas sudah pulang, sudah saya siapkan air panas mas.
Segeralah mandi” sungguh senang ahtiku. Kalau kau punya istri seperti itu tentu
jug senang bukan?. Kemudian aku pun menjawab istriku “terimakasih ya mama”. Setelah
itu Istriku membuka dasiku dan secepat kilat aku segera untuk membersihkan
badanku yang mungkin seperti lumpur lapindo membahasahi ketiakku dan bau asam
tubuhku bisa tercium oleh presiden di
istanya.
Tak selang beberapa menit setelah mandi
dan tentunya aku sudah memakai baju untuk bersantai. Tiba2 terdengar ketuk
pintu dari bawah rumahku. Kemudian pintu itu di bukakan oleh pembantuku yang
sudah tua renta itu. Aku tidak tahu ternyata itu merupakan hari terakhir aku
bersama istriku dan anak-anakku.
Istri ku memanggil dengan tergesa-gesa
seperti yang datang adalah penjahat kelas kakap. “ mas ada polisi di bawah mas.
Katanya ini penting”. Aku segera ke tempat kejadian perkara. Ya Allah ya gusti ternyata mereka mau membawa
ku ke penjara karena kasus mafia pajak. Mendengar hal itu pecahlah isak tangis keluarga ku dan
anak-anakku. Tidak terbayangkan olehku liburan yang rencananya ku rncanakan
menjadi batal karena kasus ini. Apa tanggapan anak-anakku jika mereka tahu
kalau bapaknya ini adalah seorang penjahat masyarakat. Istriku menangis
tersedu-sedu meliahat ku dibawa oleh polisi. Seperti adengan film yang cintanya
tak mau melepaskan aku . aku sempat berpesan kepada istriku “ ma yang sabar ya
..jaga anak kita ya ma. Nanti aku tak kan lama kok”. Mendengar hal itu tangis
istriku mulai mereda. Tapi anak-anakku masih menangis. Aku pergi dengan
menyaksian keluargaku menangis melihat ku pergi. Duh gusti rasanya jantung ini
pecah. Baiarlah jantung ini pecah asalkan air mata itu tak keluar oleh keluargaku.
Kasus ini semakin berlanjut aku
dijadikan tersangka dalam kasus ini. Namun, aku di perkuat oleh istriku yang
selalu mensuportku dan selalu berda di sampingku. Karnanya aku jadi tergar
dalam mengahadapi kasus ini. Walaupun aku sungguh tak sanggup di penjara ini.
Aku tidak bisa melakukan apa yang aku inginkan. Akhirnya terbisit di benakku
mengapa aparat ini tidak ku beri uang saja agar aku bisa keluar di penjara ini
untuk sementara waktu. Biar otakkku bisa refresing.
Akhirnya akal ku ini bisa diterima oleh
aparat kepolisian. Tentu saja tidak sembarangan orang yang bisa menerima ideku
ini. Aku mencari siapa yang mau bersekutu dengan aku. Ahai betapa indah nya di
luar sana kalau aku sudah terbebas. Tapi untung saja aku berhadapan dengan
polisi yang mau tahu dengan nasib ku ini.
Setelah aku di bebaskan aku pergi
liburan dengan istriku tercinta. Ke mana yang aku ingin. Percuna saja kan uang
banyak kalau tidak untuk di pergunakan untuk senang-senang. Aku pergi ke Bali
ke luar negri tentunya dengan memakai paspor palsu. Apapun bisa di beli dengan
uang. Apalagi hokum di Negara ku tidak terlalu ketat untuk orang yang berjasa
seperti aku. Toh akan aku juga yang mengabadi kepada mereka selama ini. Toh ini
juga untuk meraka masyarkat di Negara ku.
Ternyata aksi yang aku lakukan tercium
oleh aparat kepolisian. Dan demi disana sini mulai berdatangan. Aksi2 mulai
mengaitkan nama ku. Mulai dari karikatur di internet sampai ke video dan lagu
yang mereka bikin untukku. Sepertinya aku menjadi terkenal karena aksiku ini. Sungguh
maslah ini membuat ku kacau. Semua pihak mulai membenciku.
Aku marah, aku sedih. Marah karena
sepertinya aku adlah penjahat kelas dunia sehingga mereka meminta aku untuk
hukuman mati. Dimana etak hati mereka. Seandainya kerbat mereka yang berhubgan
dengan meraka apakah bangsa ini tidak punya akal?. Penduduk Negara ini memang
rame. Tapi mereka tidak mengunakan akal mereka . mereka hanya menggunakan akal
merekan untuk gaya. Padahal Negara ini adalah Negara yang rentan terhadap
budaya lain. Negra tempat psersingahan Negara lain.
Aku juga merasa sedih karena bagaimana
nasib keluarga ku nanti. Aku di penjara bagaimana istri ku untuk menghidupi
anak-anakku.
Kasus ini terus berlajut, demo disana
sini terus berdatangan unutuk ku. Dan akhirnya aku vonis itu di jatuhkan aku di
penjara 10 tahun. Waktu aku keluar dari ruang siding aku di geroboti oleh masa.
Terdengar olehku kata-kata mereka. Mengapa aku tidak dihukum seumur hidup?
Mengapa tidak dihukum mati biar pantas. Dalam hatiku apakah mereka pantas
berbicara seperti itu? Mengunakan otak nya atau tidak?
Memang aku salah. Aku sadar sekarang.
Aku ingin mengubah hidupku ini mulai dari titik 0. Bagaimana bisa aku bertobat
jika aku dipenjara seumur hidup. Keluarga ku bagaimana. Seandainya mereka ada
diposisiku apa yang akan mereka rasakan. Gusti tolong aku gusti. Aku menyesal
telah membuat ini.
Aku berfikir mengapa mereka tidak
memafkan ku toh tuhan saja memberikan kesempatan umatnya untuk bertobat mengapa
mereka tidak? Toh mereka bukan tuhan.
Jeruji besi ini yang setia
menemaniku. Awal-awal pertamanya istriku
memang setia menjenggukku. Dan tentunya dengan anak-anakku . disana aku mulai
bangkit. Tapi tidak berselang 1 tahun istriku mengugat cerai untukku. Hatiku
bertambah porak-poranda. Gusti cobaan apa lagi ini gusti? Tidak cukup kah
engaku berikan aku cobaan gusti?..
Usai sudah semua yang kulakukan
sekarang. Aku tak punya arti hidup. Keluarga ku yang selalu memberiku semangat.
Walaupun mereka haya menjenggukku 1 kali dalam seminggu. Itu sudah membuat hatiku senang. Siapa lagi
yang akan memberikan perhatian kalau bukan mereka. Keluarga yang dulu waktu
senang aku tinggal. Tapi ketika aku jatuh mereka yang selalu ada untukku.
Terlebih ibuku tercinta. Walaupun dia sudah renta masih menyempatkan waktu
untukku. Memang tidak salah kata pepatah kasih ibu itu takkan terganti
walaupun gunung es di kutub meleleh.
Beberapa bulan kemudian
aku mendengar bahwa ankku sudah punya ayah baru. Ya baguslah… supaya ayah baru
mereka bisa lebih baik dari diriku ini. Aku hanya bisa curhat kepada besi-besi
di penjara ini. Air mata ini sudah tak terbendung lagi. Air mata ini terus
meluncur dari mataku ku. Walaupun aku tak mau air mata ini jatuh tapi tak bisa
aku membedunganya.. tuhan biar lah turun
hujan dari pada turun air mata ini. Aku
sudah tak kuat lagi. Cobaan menerba diriku.
Sudut kota tak terbayang lagi bagiku.
Udara kebebasan itu tak ada lagi di benakku. Yang ku inginkan hanya kematian ku
saja. Tak ada lagi harapan. Toh kalau aku bebas siapa yang akan menampungkku.
Semua sudah pupus sudah.
Tak sengaja aku melihat sendok makan di
ruang makan. Dengan menyelinap aku ambil sendok itu. Aku mulai mengasahanya.
Entahlah untuk apa aku pergunakan sendok ini. Sendok ini terus ku asah kelantai
sampai-sampai tanganku sering kali berdarah. Takku hiraukan hal seperti itu.
Akhirnya sendok itu tajam juga aku ingin
kabur dari penjara ini. Tapi niat itu tak bisa kulakuakn karena ketatnya penjaggaan. Ditambah dengan aku yang
mulai bertambah tua. Aku berfikir untuk siapa aku hidup? Siapa yang akan
menyanyangi aku lagi? Siapa?
Dengan secepat kilat sendok yang runcing
tadi tertncap di tangangu dan banyak mengeluarkan darah. Aku pusing sehingga
bayang-bayang petugas yang terakhir aku lihat.
Tiba-tiba aku keluar dari penjara itu
dan aku meliahat keagungan tuhan yang sungguh maha dasyatnya. Apakah aku
mungkin di surga? Ada aliran air bidadari yang cantik. Tuhan apakah aku ini di
surga?. Seakan-akan tuhan memberikan gambaran kepadaku kalau aku sedang berada
di surganya.
Secercah cahahya terang mnyakiktkan mata
ku.. ku buka mataku perlahan-lahan aku sedang berada dirumah sakit. Oh ya aku
baru ingat ternyata mereka membawaku ke rumah sakit. Tuhan itukah jawaban yang
selama ini ku cari. Tuhan masih memberikan kesempatan kepadaku. Sekarang aku
sadar tuhan itu ingin memberikan yang terbaik bagi hambanya. Berarti aku masih
di beri kesempatan oleh tuhan dan aku termasuk orang yang beruntung karna masih
bisa bertobat kepada tuhann.
Setelah sembuh aku dari rumah sakit
rencananya aku mau dimasukan ke rumah sakit jiwa oleh kepolisian karena melihat
tingkah ku yang seperti orang gila akhir-akhir ini. Tapi aku bisa menyakinkan
petugas itu kalau sebenaarnya aku tidak gila.
Aku sadar tuhan ada untukku. Bahkan
lebih dekat dari urat nadi yang berada di leherku. Dan aku berniat aku akan
merobah tingkah lakuku. Dan aku ingin memulai kehidupan baru. Tuhan terima
kasih atas kasih sayang mu tuhan. Engkau uji aku dengan kekayaan tapi sekarang
aku sadar mengapa engkau berikan cobaan kepadaku hanya untuk mengigatmu tuhan.
Sekarang aku bisa curhat dengan kekasih
sejatiku. Tuhan ku yang maha pengasih lagi maha penyayang. Tidak kepada jeruji
besi lagi. Dan aku berniat akan memulai usahaku kembali kalau sudah keluar dari
jeruji ini. Semoga tuhan mendengar. Amin!