Selasa, 17 November 2015

negeri sejuta mimpi


botol itu masih di depanku dan aku hanya memandang dan terdiam. terdiam dan hening.
pikirku kelu tingkahku juga kelu. tengorokanku mulai dehidrasi ibarat sebuah pohon yang mengering di padang yang tandus.

perlahan ku rogoh air minum dalam botol itu dan seteguk demi seteguk kurasakan nikmat air yang melewati kerongkongan sampai akhirnya dia mendarat di perutku yang kosong.

yah hanya air ini, air ini yang bisa mengobati luka di dinding lambungku. kehimpitan ekonomi membuatku tak berdaya melawan besarnya arus kota yang semakin hari semakin padat dan membuat napasku sesak. dimana-mana polusi. tikus gotpun mulai mengurus. yang dulu mereka bisa mengalahkan besarnya kucing sekarang mereka hanyalah tulang yang di bungkus dengan kulit.

raja yang menjabatpun hanya berkoar tapi tak berjalan menapaki jalanan ini. himpitan ekonomi yanh melanda negeri kami membuat harapan hidup semakin tipis. dimana-mana terjadi perampokan dan anak-anak menangis karena kelaparan, orang tuanya menjerit tak karuan. sungguh negeri ini kena kutukan.

akupun hanya bisa terdiam membisu di jalanan ini. sambil menikmati hirupan napas yang terseot-seot akibat polusi. ada seorang anak menangis dari kejauhan. dia di gendong dengan ibunya. ibunya hanya bisa membuai-membuai si anak. susu sang ibu sudah mengering karena tak ada lagi asupan makanan tuk si ibu. si anakpun menderita.

botol lusuh di tanganku, ku ambil aku berjalan menapaki trotoar jalan.

"tu net tu net" terdengar seperti suara sirine polisi. dari kejauhan kulihat ada mobil sedan yang berombongan. sayut-sayut kulihat di dalam mobil itu ada sesosok lelaki yang memakai jas hitam dan menggunakan dasi. wajahnya tampak tak seprti kami yang lusuh. hidupnya terlihat seperti seorang yang kekurangan. dan asap polusipun sepertinya tak pernah hinggap di wajahnya. tak seperi kami yang berwarna kelabu. ketika bertemu dengan orang hanya gigipun yang terlihat.

"pinggir-pinggir" salah seorang aparat meneriakiku dan orang-orang di sekitarku.
"awas-awas" lelaki yang lainpun meneriki.

"siapa lelaki itu? mengapa dia dikawal oleh para polisi? akankah dia yang akan menyelamatkan negeri kami? negeri yang ku cinta sepenuh hati dan jiwa. negeri tempat aku di besarkan." pikirkupun berkecamuk. kepala ku pusing awan-awanpun mulai bergerak tak karuan. aku terjatuh
*bersambung

Tidak ada komentar: