Sabtu, 09 Agustus 2014

Ketika Kau Baru Tahu Dia Seorang Sahabat


Kakiku gratak-grutuk mengeleng-gelengkan kepalanya sembari menikmati irama musik yang mengalun indah. Sudah tiga minggu lebih kami tak jumpa, sahabatku unslay tak ada di samping tempat tidurku lagi rasanya bagaikan kaktus yang tumbuh di padang pasir.
Biasanya ketika kami pulang kerja kami akan memberitahukan siapa yang akan pulang duluan. Maklum aku tak punya kendaraan, jika aku pulang kerja maka dia akan menungguku di parkir kantor dengan motor bututnya yang spionnya menari-nari indah ketika kena angin. Maklumlah teman, kami hidup di kalangan menengah ke bawah yang tak bisa meminta mobil mewah kepada orang tua kami. Jika kami meminta mobil mewah kepada orang tua kami, jawaban yang simple pun akan keluar “ Nak,  jangan melihat ke atas langit akan sakit matamu”. Hanya kata-kata itu. Tak lain hanya kata-kata itu teman. Beruntungkalah kalian yang jika meminta sesuatu kepada orang tua kalian mendapatkan kalian inginkan, sedangkan kami yang keluar hanyalah sebuah senyuman. Teringat olehku ketika adikku meminta kepada ayahku untuk membelikan sebuah pistol mainan yang ketika itu anak-anak di sekitar rumahku memainkan pistol itu. Ayahku hanya senyum dan berkata “besok ya nak, ketika sawah kita sudah menguning dan siap untuk di panen”. Adikku hanya mengganguk dengan penuh kekecewaan.
Aku merantau ke kota padang sudah selama lima tahun, selama itulah kami bersama. Aku dan unslay tinggal di kosan yang kamarnya sekitar 2x3. Kamar yang lumayan pas-pasan untuk orang yang keuanggannya pas-pasan. Selama itu kami bersama biasanya tedegar canda tawa dan terkadang pertengkaran tapi bisa di selesaikan dengan baik. Hmmm apa kabarmu unslay? Apa kau baik-baik saja di sana? Maaf tak bisa ucapkan selamat tinggal dan pelukan hanggat saat kau akan pindah dari padang.

Hari sudah menunjukkan pukul 5 sore saatnya pulang kerja alone. Pulang kantor kemudian istirahat sebentar dan mendengarkan irama musik dan kemudian hening
Aneh rasanya teman. Yang tiap hari kau bersama dengan sahabatmu teman. Beginilah kalau di tinggal seorang sahabat. Aku tak bisa juga memaksakan kehendakku untuk dia tetap tinggal d sini teman. Karna kami pasi akan mempunyai masa depan yang berbeda. Yah itulah hidup harus dinikmati. Yang biasanya aq bercerita sedikit tentang kehidupanku dan sekarang hanya bercerita dengan goresan-goresan yang tak bisa orang lain mengerti hanya mendengarkan ocehan-ocehan yang tiap hari itu ke itu saja.

Hmmm.. Harus bercerita darimana aq teman? Tak tahu aq harus bercerita dari mana. Untungnya bb ini selalu ada di tangan dan jika ada keluh kesahku maka akan kulimpahkan ke sini. Aq tak tahu juga apakah aku di ciptkan tuhan untuk membuat goresan yang akan dibaca oleh orang lain.

Teman tak mudah menemukan orang yang bisa memamahamimu apa adanya. Terkadang ada orang yang memilih diam dengna seribu bahasa dari pada mengungkapkan kepada orang lain yang nantinya takut untuk disebarakan kepada orang lain. Yah itulah teman yang namanya hidup ketika dewasa ini. Hidup ketika dewasa itu berbeda dengan hidup ketika kecil. Yap semua orang juga tau itu bukan? . Hidup ketika dewasa itu yaitu hidup yang penuh dengan topeng dan kepura-an. Hidup bak robot yang dikendalikan oleh tuannya. Tuannya adalah bosmu dan kau sebagai pekerja. Ketika aku dewasa yaku ibarat boneka gantung yang dimainkan oleh sang akor. Hmmmm... God...


Ingin rasanya menulis goresan yang kemudian diterbitkan di majalah dan kemudian menjadi penulis nasional bahkan internasional. Waw. Semoga tuhan memberikan yang terbaik untukku. Sebenarnya aq adalah orang yg free yang tak bisa terikat yang bekerja harus masuk jam segini dan tak boleh ini dan tak boleh itu. Tuhan... Jika seseorang menemukan goresan ini, mungkin dia akan tahu apa isi dalam hatiku dan isi dalam doaku. Yang berdoa untuk keluargaku dan untuk masa depanku. Aq menyanyangi keluargaku melebihbihi diriku sendiri. Aku sangat menyayangi mamaku dan papaku. Amam yang mengandung dari kecil bahkan sampai aq dewasa selalu memboongku. Aku tak bisa membalas semua kasih sayang yang dia berikan. Makanya aku ingin dengan aku bekerja saat sekarang ini, aku dapat membahagiakan kedua orang tuaku. Mungkin barang yang ku berikan takklah besar dan mahal tapi niat dalam hatiku sudah ku pasang. Tuhan lancarkan semua niat baikku tuhan. Jadikan aq orng yg berguna untuk agamamu dan untuk bangsa ini . Amin

2 komentar:

riky mengatakan...

sedih tuh git..pisah dengan teman..abg 5 orang teman dekat berpencar semua..terus menulis ya...

Gita Miratul mengatakan...

makasih abg.. iya bg.. sedih sekali.. apalagi tak bisa mengucapkan salam perpisahan secara langsung bg.. semangat menulis bg...